Kota Bandung
Gedung Sate - Kota Bandung (Foto: Mukhlis Dinillah/detikcom) |
Di kota ini tercatat berbagai sejarah penting, di antaranya sebagai tempat berdirinya sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool te Bandoeng - TH Bandung, sekarang Institut Teknologi Bandung - ITB), lokasi ajang pertempuran pada masa kemerdekaan, serta pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955, suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti kolonialisme, bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.
Pada tahun 1990 kota Bandung terpilih sebagai salah satu kota paling aman di dunia berdasarkan survei majalah Time.
Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java karena keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun 2007, konsorsium beberapa LSM internasional menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan.
Bandung akan menjadi salah satu kota tuan rumah pendukung Asian Games 2018. Infrastruktur yang sedang dibangun termasuk Metro Kapsul, sejenis sistem APM atau People mover yang dikembangkan sendiri.
Geografis
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkuk raksasa, secara geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut.
Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir terutama pada musim hujan.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Parahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu juga pada kawasan dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat.
Semetara iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembap dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan.
CiutkanData iklim Bandung, Jawa Barat | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 27.1 (80.8) | 27.3 (81.1) | 27.9 (82.2) | 28.3 (82.9) | 28.4 (83.1) | 28 (82) | 28 (82) | 28.6 (83.5) | 29.2 (84.6) | 29.2 (84.6) | 28.3 (82.9) | 27.9 (82.2) | 28.18 (82.66) |
Rata-rata harian °C (°F) | 23.3 (73.9) | 23.2 (73.8) | 23.5 (74.3) | 23.7 (74.7) | 23.7 (74.7) | 22.7 (72.9) | 22.5 (72.5) | 22.8 (73) | 23.3 (73.9) | 23.7 (74.7) | 23.5 (74.3) | 23.6 (74.5) | 23.29 (73.93) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 19.5 (67.1) | 19.2 (66.6) | 19.2 (66.6) | 19.2 (66.6) | 19 (66) | 17.5 (63.5) | 17 (63) | 17 (63) | 17.4 (63.3) | 18.3 (64.9) | 18.8 (65.8) | 19.3 (66.7) | 18.45 (65.26) |
Presipitasi mm (inci) | 243 (9.57) | 217 (8.54) | 257 (10.12) | 246 (9.69) | 166 (6.54) | 77 (3.03) | 70 (2.76) | 68 (2.68) | 83 (3.27) | 174 (6.85) | 272 (10.71) | 291 (11.46) | 2.164 (85,22) |
Sumber: Climate-Data.org (altitude: 692m)[9] |
Sejarah
Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Parahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama Bandung diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibu kota yang lama di Dayeuhkolot.
Berdasarkan filosofi Sunda, kata Bandung juga berasal dari kalimat Nga-Bandung-an Banda Indung, yang merupakan kalimat sakral dan luhur karena mengandung nilai ajaran Sunda. Nga-Bandung-an artinya menyaksikan atau bersaksi. Banda adalah segala sesuatu yang berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda mati. Sinonim dari banda adalah harta. Indung berarti Ibu atau Bumi, disebut juga sebagai Ibu Pertiwi tempat Banda berada.
Dari Bumi-lah semua dilahirkan ke alam hidup sebagai Banda. Segala sesuatu yang berada di alam hidup adalah Banda Indung, yaitu Bumi, air, tanah, api, tumbuhan, hewan, manusia dan segala isi perut bumi. Langit yang berada di luar atmosfer adalah tempat yang menyaksikan, Nu Nga-Bandung-an. Yang disebut sebagai Wasa atau Sang Hyang Wisesa, yang berkuasa di langit tanpa batas dan seluruh alam semesta termasuk Bumi. Jadi kata Bandung mempunyai nilai filosofis sebagai alam tempat segala makhluk hidup maupun benda mati yang lahir dan tinggal di Ibu Pertiwi yang keberadaanya disaksikan oleh yang Maha Kuasa.
Kota Bandung secara geografis memang terlihat dikelilingi oleh pegunungan, dan ini menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung memang merupakan sebuah telaga atau danau. Legenda Sangkuriang merupakan legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya danau Bandung, dan bagaimana terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu, lalu bagaimana pula keringnya danau Bandung sehingga meninggalkan cekungan seperti sekarang ini. Air dari danau Bandung menurut legenda tersebut kering karena mengalir melalui sebuah gua yang bernama Sanghyang Tikoro.
Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah Situ Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat berpariwisata, tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk permukiman.
Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan permukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.
Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906 dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha pada tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.[11]
Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini dibakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.
Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama Concordia, Jl. Asia Afrika, sekarang, berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada 19 April-24 April 2005.
Pada tanggal 24 April 2015, Konferensi Asia-Afrika kembali diadakan di kota ini setelah tanggal 20 April-23 April 2015 berlangsung di Jakarta.
Pemerintahan
Daftar Wali Kota
No | Foto | Wali Kota[12] | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Prd. | Ket. | CiutkanWakil Wali Kota |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Masa Penjajahan Belanda | |||||||
E.A. Maurenbrecher | Tidak Ada | ||||||
R.E. Krijboom | |||||||
J.A. van Der En | |||||||
J.J. Verwijk | |||||||
C.C.B. van Vlenier | |||||||
B. van Bijveld | |||||||
Bertus Coops | |||||||
Steven Anne Reitsma | |||||||
Bertus Coops | |||||||
J.E.A. van Volsogen Kuhrt | |||||||
J.M. Wesselink | |||||||
Masa Penjajahan Jepang | |||||||
N. Beets | Tidak Ada | ||||||
Masa Kemerdekaan Indonesia | |||||||
R.A. Atmadinata | Tidak Ada | ||||||
R. Syamsoerizal | |||||||
Ukar Bratakusumah | [ket. 1] | ||||||
R. Enoch | |||||||
R. Priatna Kusumah | . | ||||||
R. Didi Djukardi | [ket. 2] | ||||||
R. Hidayat Sukarmadidjaja | |||||||
R. Otje Djoendjoenan | |||||||
Utju Djoenaedi | |||||||
R. Husein Wangsaatmadja | |||||||
H. Ateng Wahyudi | |||||||
(1990–95) | |||||||
Wahyu Hamidjaja | |||||||
(1995–2000) | |||||||
H. AA Tarmana | |||||||
H. Dada Rosada S.H., M.Si. | (2003–04) | ||||||
Ayi Vivananda | |||||||
Mochamad Ridwan Kamil S.T., MUD. | Oded Muhammad Danial | ||||||
Oded Muhammad Danial (Pelaksana Tugas) | |||||||
Dadang Supriatna (Pelaksana Harian) | |||||||
Oded Muhammad Danial | Yana Mulyana |
Catatan :
- 1948 s/d 1949 Merangkap Gubernur Jawa Barat
- Pada Agustus 1968, R. Didi Djukardi ditangkap karena diduga terlibat G 30 S/PKI
- Diangkat menjadi pelaksana tugas setelah Ridwan Kamil dilantik sebagai Gubernur Jawa Barat[13]
- Masa Jabatan berakhir, sementara itu Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung terpilih baru dilantik pada 20 September 2018
Dalam administrasi pemerintah daerah, kota Bandung dipimpin oleh wali kota. Sejak 2008, penduduk kota ini langsung memilih wali kota beserta wakilnya dalam pilkada, sedangkan sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kotanya.
Dewan Perwakilan
Sesuai konstitusi yang berlaku, DPRD Kota Bandung merupakan representasi dari perwakilan rakyat. Berdasarkan hasil Pemilu Legislatif 2019, anggota DPRD kota Bandung adalah 50 orang, yang kemudian tersusun atas perwakilan sembilan partai.
Kecamatan
Wilayah Kota Bandung dibagi menjadi 30 kecamatan dan 151 kelurahan:
- Andir
- Antapani
- Arcamanik
- Astanaanyar
- Babakanciparay
- Bandung Kidul
- Bandung Kulon
- Bandung Wetan
- Batununggal
- Bojongloa Kaler
- Bojongloa Kidul
- Buahbatu
- Cibeunying Kaler
- Cibeunying Kidul
- Cibiru
- Cicendo
- Cidadap
- Cinambo
- Coblong
- Gedebage
- Kiaracondong
- Lengkong
- Mandalajati
- Panyileukan
- Rancasari
- Regol
- Sukajadi
- Sukasari
- Sumurbandung
- Ujungberung