LISENSI

RmdmRmA6TmA7Rmd8Rmj7Rqw5R7TusBSpMXQpaVQps6ftMBQcsrfoaBL=

CUSTOM CSS DAN JS

Artikel,Fomo,Opini,
icon krinkz.co

Gen Z Terkena FOMO? Jadikan Islam Sebagai Perisai

Oleh Rheiva Putri R Sanusi | WIB
Sumber Gambar : Canva
Oleh: Yani Riyani | Aktivis Muslimah

Fear of Missing Out (FOMO) adalah rasa cemas atau takut ketinggalan ketika melihat orang lain melakukan hal-hal menarik atau memiliki pengalaman yang lebih baik, biasanya dipengaruhi karena viralnya sesuatu, baik dalam bentuk perilaku atau pembelian suatu barang. Dampak internet dan media sosial dapat menyebabkan seseorang merasakan FOMO. Bagaimana mungkin tidak? FOMO adalah dampak besar dari interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi suatu individu.

FOMO sangat mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari, apalagi saat ini dunia tidak bisa lepas dari teknologi itu sendiri. Beberapa individu merasakannya akibat keinginan untuk menarik perhatian orang lain. Menurut pengamat sosial Devie Rahmawati, FOMO dapat menyebabkan dampak buruk, dari perilaku yang ditunjukkan kalau kemudian untuk mengejar perhatian dan menggunakan kehormatan, tentunya akan menjadi masalah (Kompas.com, 21-9-2024).

Penyebab utama munculnya FOMO adalah rasa iri saat melihat selebriti atau orang lain yang tengah menikmati momen tertentu yang sering menjadi viral. Menurut Nur Syamsiyah, sosiolog dari Universitas Airlangga, sebagai contoh tren seperti boneka Labubu yang menjadi populer dipamerkan oleh salah satu anggota Blackpink di media sosial, menarik banyak Gen Z bahkan Gen Alpha untuk berbondong-bondong membeli boneka Labubu yang harganya mahal.

Tak bisa dipungkiri sikap FOMO yang banyak dialami generasi hari ini, nyatanya memberi peluang bagi para pebisnis untuk membuka penawaran satu produk dengan waktu terbatas dan harga yang fantastis. Kaitan viralnya sesuatu juga berhubungan dengan budaya K-pop yang memiliki banyak penggemar setia di berbagai belahan dunia.

Pembelian produk yang sedang viral bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana seseorang ingin dianggap relevan oleh lingkungan sosialnya. Hal ini kemudian menyebabkan fenomena yang dikenal sebagai fear of missing out (FOMO), di mana seseorang merasa tidak ingin ketinggalan dari tren yang sedang diminati (JawaPos.com, 13-10-24).

Istilah FOMO ini pertama kali muncul pada tahun 2004 ditulis oleh Patrick McGinnis yang dimunculkan dalam koran Harvard Business School bertajuk "Social Theory at HBS; McGinnis 'Two FOs'" sehingga banyak orang terjangkit kondisi ini, mereka selalu merasa takut di cap ketinggalan zaman dan kurang pergaulan. Selain itu, mereka beranggapan akan menemukan kebahagiaan yang sama dengan orang-orang yang mampu mengikuti tren kekinian seperti gambaran di media sosial.

Sekulerisme yang melandasi asas kapitalisme sangat berperan untuk menggiring Gen Z berperilaku hedonisme dan narsisme. Di samping tidak adanya peran negara untuk mengatasi dampak buruk dari FOMO, semua perilakunya menjurus ke arah negatif dibanding ke arah positif. Bila seseorang sudah terjangkit FOMO dapat membuat dirinya merasa rendah diri, insecure, iri, sampai depresi bila tidak berperilaku sebagai mana yang sedang tren pada masanya.

Gejala lainnya juga bisa berupa selalu teringat dan selalu ingin terkoneksi dengan media sosial, hal ini dikarenakan rasa takutnya yang muncul saat melewatkan sesuatu yang tren dan menarik perhatian banyak orang. Kemudian ia akan terus merasa tidak cukup dengan segalanya dan melihat orang lain lebih baik dari dirinya.

Dengan adanya dampak FOMO tersebut menumbuhkan penyakit hati, kufur nikmat, rasa tak yakin atau ragu terhadap Allah SWT sebagai pemilik jagar raya yang melebihi apapun. Tentunya dari dampak tersebut menjadikan Gen Z kurang produktif, karena hanya sibuk memantau kegiatan orang lain yang sama sekali tidak bermanfaat.

Islam menawarkan pandangan menyeluruh tentang cara hidup, termasuk sikap yang seharusnya diambil seseorang terhadap dunia dan segala isinya. Berikut adalah perspektif Islam yang dapat digunakan untuk menilai fenomena FOMO:

Allah SWT berfirman, "Janganlah engkau panjangkan pandanganmu kepada golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal." (TQS. Taha ayat 131).

Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak terpesona oleh kesenangan yang bersifat sementara dan untuk tetap fokus pada hal-hal yang lebih abadi. Islam menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Memiliki hobi, menghadiri acara, atau menikmati hal-hal dunia tidaklah salah selama tidak melupakan kewajiban kita kepada Allah SWT.

Jangan sampai FOMO membuat kita melupakan ibadah, melalaikan kewajiban, atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, kemudian mencoba menerapkan:
Pertama, memperkuat rasa syukur dan bersyukur atas nikmat yang ada, mengingat semua nikmat yang sudah Allah SWT berikan.

Kedua, mengutamakan beribadah serta aktivitas yang memberikan manfaat.

Ketiga, membatasi penggunaan media sosial, karena media sosial adalah pemicu utama FOMO.

Keempat, merenungkan akhirat dan kehidupan yang sebenarnya (Al-Rashikh22.com, 23-10-2023).

Gen Z dan umat Islam adalah umat yang akan melanjutkan kehidupan Islam di masa yang akan datang, hendaklah para penguasa berperan aktif untuk segera mengembalikan Gen Z dan umat untuk taat pada ajaran Islam kaffah sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah.

Campakkan sistem sekulerisme dan kapitalisme, hanya dengan tegaknya Daulah Khilafah yang akan dipimpin oleh seorang Khalifah yang akan menerapkan sistem Islam kaffah di seluruh aspek kehidupan agar tercipta kebahagiaan dunia maupun di akhirat.

Wallahualam bissowab.
Tambah Favorit

Tag Terkait:

Fomo Opini
3733067073743872993
Chat Kami disini

Form Bantuan Whatsapp

Hello! Ada yang bisa dibantu?
×
×
Total Harga ( Produk)

Tulis catatan disini untuk keterangan lainnya

Total Harga ( Produk)

Biaya Admin:

Biaya ongkir: dg berat ()

Total Pembayaran:

Untuk produk fisik, Ongkos kirim akan muncul setelah ongkir dipilih

Tampilkan Kupon