Frekuensi BAB Bisa Ungkap Kesehatan Usus
![]() |
| Studi menunjukkan frekuensi BAB 1–2 kali sehari paling ideal; pola terlalu jarang atau sering terkait risiko kesehatan dan dapat diperbaiki lewat serat, hidrasi, dan olahraga. (Google) |
Frekuensi BAB normal berbeda pada setiap orang. Sebagian orang buang air besar tiga kali sehari, sementara yang lain hanya beberapa kali dalam seminggu. Para ahli menekankan bahwa yang lebih penting adalah konsistensi pola dan tidak disertai keluhan seperti sakit perut, tinja keras, atau darah.
Menurut dokter gastroenterologi, dr. Rina Susanti, “Frekuensi BAB yang berbeda antarindividu wajar, selama konsisten dan tidak menimbulkan rasa sakit atau gangguan pencernaan.”
Frekuensi BAB normal berkisar antara tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu, tetapi jumlah itu bukan satu-satunya indikator kesehatan. Yang lebih penting adalah apakah tinja keluar mudah tanpa mengejan, berbentuk sosis atau ular, dan tetap konsisten dari waktu ke waktu. Perubahan mendadak dalam pola BAB bisa menjadi tanda kondisi medis yang perlu diperiksa.
Beberapa faktor memengaruhi frekuensi BAB, termasuk jenis dan asupan makanan, konsumsi cairan, aktivitas fisik, stres dan kondisi mental, serta kondisi medis tertentu seperti sembelit kronis atau diare berkepanjangan.
Meski frekuensi BAB berbeda tiap orang, ada beberapa tanda yang harus diperhatikan. BAB yang jarang (<3 kali per minggu) dengan tinja keras, BAB terlalu sering (>3 kali sehari) dengan tinja cair, rasa sakit saat BAB, atau perubahan mendadak pola BAB bisa menjadi indikasi gangguan pencernaan.
Tinja yang sehat berbentuk sosis atau ular, lunak, dan mudah keluar. Tinja yang terlalu keras atau sangat cair bisa menjadi indikator masalah pencernaan. Bentuk tinja yang berubah drastis dapat menandakan sembelit kronis, diare akibat infeksi atau intoleransi makanan, atau penyakit usus inflamasi.
Menjaga pola BAB yang sehat tidak sulit. Beberapa langkah penting antara lain mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah, sayur, dan biji-bijian; minum cukup air setiap hari agar tinja tetap lembut; rutin berolahraga untuk meningkatkan motilitas usus; segera ke kamar mandi saat merasa ingin BAB; serta tidur cukup dan mengelola stres karena faktor mental berpengaruh terhadap pola BAB.
Frekuensi BAB memang bervariasi antarindividu, tetapi pola konsisten, bentuk tinja, dan kenyamanan saat BAB adalah indikator utama kesehatan pencernaan. Perubahan drastis dalam pola BAB atau gejala seperti tinja keras, darah, atau diare berkepanjangan sebaiknya segera diperiksa dokter.
Dengan menjaga pola makan tinggi serat, cukup minum air, rutin berolahraga, dan mengelola stres, seseorang dapat mempertahankan BAB yang sehat dan pencernaan yang optimal. Memahami ritme BAB pribadi juga membantu mendeteksi tanda awal masalah pencernaan lebih cepat.
E: Agus Sanjaya | P: Wahyu Sahala Tua
