Jet China Kunci Radar ke Pesawat Jepang di Okinawa
![]() |
Ilustrasi. (iStockphoto/blinow61) |
krinkz.co -- Ketegangan militer di Asia Timur meningkat setelah jet tempur China dilaporkan mengunci radar kendali tembak ke pesawat Jepang di dekat perairan Okinawa. Insiden ini membuat pemerintah Jepang memanggil Duta Besar China untuk menyampaikan protes diplomatik.
Menurut laporan resmi Kementerian Pertahanan Jepang, ada dua insiden terpisah dalam satu hari. Pertama terjadi pada pukul 16.32–16.35 waktu setempat dan kedua pukul 18.37–19.08. Jet tempur China yang dilaporkan jenis Shenyang J-15 dari kapal induk Liaoning mengunci radar ke jet tempur Jepang F-15 saat berada di perairan internasional dekat Okinawa. “Tindakan ini sangat berbahaya dan tidak dapat diterima, melebihi batas yang wajar untuk penerbangan aman,” kata Menteri Pertahanan Jepang, Shinjiro Koizumi.
Radar kendali tembak berfungsi sebagai pengatur arah sebelum peluncuran senjata. Mengunci radar ke pesawat lain dianggap sebagai ancaman serius karena menunjukkan potensi persiapan serangan. Jepang menegaskan tidak ada pelanggaran wilayah udara teritorial dan insiden terjadi di perairan internasional, sehingga tidak ada korban maupun kerusakan.
Reaksi Jepang cukup tegas. Selain memanggil Duta Besar China, Tokyo juga meningkatkan patroli udara di kawasan Okinawa. Pemerintah Jepang meminta China menjamin insiden serupa tidak terjadi lagi dan menjaga keselamatan penerbangan militer maupun sipil di sekitar perairan tersebut. Jepang menilai tindakan China sebagai provokasi yang bisa meningkatkan risiko kesalahan militer.
Pihak China membantah tuduhan tersebut. Militer China menegaskan latihan jet tempur dari kapal induk dilaksanakan sesuai hukum internasional. Juru bicara militer China, Wang Xuemeng, menyebut tuduhan radar lock dari Jepang sebagai fitnah dan meminta Jepang menghentikan provokasi. Menurut China, aktivitas militer mereka merupakan bagian dari latihan rutin, dan pihak Jepang dianggap mengganggu proses tersebut.
Insiden ini dianggap paling serius antara militer Jepang dan China dalam beberapa tahun terakhir. Dalam beberapa tahun terakhir, sudah terjadi insiden serupa, terutama di sekitar wilayah sengketa di Laut China Timur. Namun, intensitas dan ancaman yang terlihat kali ini lebih tinggi karena penggunaan radar kendali tembak. Pakar keamanan kawasan menilai insiden ini dapat memicu eskalasi ketegangan jika kedua pihak tidak menahan diri.
Dampak geopolitik juga menjadi perhatian. Negara-negara sekutu Jepang, termasuk Amerika Serikat, menyerukan ketenangan dan mengimbau kedua belah pihak untuk menahan diri. Meski AS belum terlibat langsung dalam insiden ini, kehadiran militer asing di kawasan menambah sensitivitas situasi. Beberapa analis menekankan pentingnya jalur diplomasi untuk mencegah insiden serupa, terutama mengingat potensi kesalahan teknis atau kesalahpahaman yang bisa memicu konflik lebih besar.
Ketegangan ini juga memengaruhi patroli udara dan laut di kawasan. Jepang menegaskan akan memperkuat pengawasan udara dan meningkatkan kesiapsiagaan. Sementara itu, China menyatakan latihan militer akan terus berlangsung, termasuk penerbangan dari kapal induk, sesuai dengan hukum internasional dan keamanan nasional mereka.
Insiden ini menarik perhatian internasional karena dapat memengaruhi stabilitas regional dan keamanan maritim di Asia-Pasifik. Beberapa organisasi regional dan negara tetangga mendorong dialog untuk mengurangi risiko eskalasi. Pakar keamanan menilai kedua negara perlu membangun mekanisme komunikasi militer yang lebih efektif agar insiden di udara atau laut tidak menimbulkan salah tafsir atau konflik tidak disengaja.
Kawasan Okinawa, tempat insiden terjadi, memiliki posisi strategis di jalur perairan penting. Banyak negara memantau aktivitas militer di sekitarnya karena dapat mempengaruhi arus perdagangan internasional serta operasi militer regional. Jepang dan China keduanya memperkuat kehadiran militer di kawasan ini dalam beberapa tahun terakhir, sehingga risiko ketegangan tetap tinggi.
Secara keseluruhan, insiden radar lock jet China terhadap pesawat Jepang menyoroti pentingnya komunikasi, transparansi latihan militer, dan pengendalian risiko di kawasan yang sensitif. Jepang menekankan perlunya tindakan diplomatik dan kesiapsiagaan militer untuk menjaga keamanan nasional. China tetap menekankan haknya untuk melakukan latihan rutin, tetapi dengan menegaskan tidak ada niat untuk provokasi.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa wilayah udara internasional dan perairan sekitar Okinawa merupakan titik panas strategis di Asia Timur. Insiden ini membuka dialog lebih lanjut mengenai aturan penerbangan militer internasional, patroli udara, dan manajemen ketegangan antara negara dengan kepentingan militer tinggi. Pakar regional menilai diplomasi aktif, patroli hati-hati, dan mekanisme komunikasi langsung antara militer Jepang dan China menjadi kunci untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Jepang dan China kini menghadapi momen kritis untuk menyeimbangkan latihan militer dengan kebutuhan menjaga stabilitas regional. Dengan pengawasan internasional, kedua negara diharapkan menahan diri dan menggunakan jalur diplomatik guna menghindari insiden yang bisa berlanjut menjadi krisis lebih besar.
P: Agus Sanjaya
