Laut Memanas, Manuver Kapal China Picu Kekhawatiran Taiwan
Kantor Kepresidenan Taiwan menyatakan bahwa aktivitas ini terus dipantau ketat oleh Kementerian Pertahanan dan badan keamanan terkait. Juru bicara kantor presiden, Karen Kuo, menegaskan, “Taiwan memiliki pemahaman komprehensif mengenai situasi yang berkembang. Kami menilai operasi China kali ini signifikan dan berpotensi menimbulkan ancaman terhadap Indo-Pasifik.”
Sumber keamanan yang berbicara kepada AFP menambahkan bahwa operasi militer China tidak hanya terbatas di Selat Taiwan, tetapi juga meluas ke Laut Kuning bagian selatan, Laut China Timur dekat Kepulauan Diaoyu yang disengketakan, hingga Laut China Selatan. Bahkan, beberapa kapal dipantau bergerak menuju Pasifik Barat. Skala pengerahan ini dinilai lebih besar dari latihan rutin tahunan.
Meski Taiwan menyoroti kegiatan ini sebagai potensi ancaman, pihak militer China dan media pemerintah belum memberikan pernyataan resmi. Kementerian Luar Negeri China, melalui juru bicara Lin Jian, menyatakan bahwa China selalu menjalankan kebijakan pertahanan defensif. “Angkatan laut dan penjaga pantai China beroperasi sesuai hukum domestik dan hukum internasional. Kami meminta pihak terkait untuk tidak bereaksi berlebihan atau menyebarkan sensasi tidak berdasar,” ujarnya dalam konferensi pers rutin.
China menganggap Taiwan sebagai bagian wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan untuk mengambil alih pulau tersebut. Selain itu, China mengklaim kedaulatan hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, yang menjadi sumber sengketa dengan negara-negara Asia Tenggara.
Kepala Intelijen Taiwan, Tsai Ming-yen, mengingatkan bahwa periode Oktober hingga Desember adalah musim puncak latihan evaluasi tahunan militer China. Ia menekankan, ada kemungkinan aktivitas ini diarahkan untuk menekan Taiwan secara khusus. Taiwan menyatakan tetap mampu mengelola situasi dan memperingatkan Beijing untuk menunjukkan pengendalian diri.
Dampak bagi Stabilitas Kawasan
Analisis para pengamat menyebut bahwa pengerahan masif ini berpotensi meningkatkan ketegangan regional. Jalur laut strategis di kawasan Indo-Pasifik sangat penting bagi perdagangan global. Aktivitas militer skala besar bisa menimbulkan risiko konfrontasi, kesalahpahaman, bahkan insiden militer yang tidak diinginkan.
Taiwan menegaskan bahwa meski operasi China menimbulkan tekanan, pihaknya terus memantau perkembangan dengan cermat. Beberapa kapal Taiwan telah melakukan patroli tambahan di wilayah perairan yang dianggap rentan.
Negara-negara lain, seperti Jepang dan anggota ASEAN, diperkirakan memperhatikan ketegangan ini. Pengerahan kapal China yang luas tidak hanya mengincar Taiwan, tetapi juga memengaruhi keamanan laut secara umum, sehingga respons diplomatik dan patroli militer kemungkinan akan meningkat dalam waktu dekat.
Perspektif Internasional
Para pakar keamanan menilai bahwa China sedang menunjukkan power projection atau kemampuan dominasi maritim di kawasan. Latihan tahunan yang biasanya bersifat rutin kini mendapat perhatian internasional karena skala dan jangkauannya. Beijing berulang kali menekankan bahwa tujuan operasinya bersifat defensif, tetapi banyak negara menganggap aktivitas ini sebagai sinyal kekuatan dan tekanan geopolitik.
Sementara itu, Taiwan tetap menekankan sikap netral dan kemampuan bertahan. Karen Kuo menambahkan, “Taiwan akan tetap waspada, namun kami yakin mampu mengelola risiko ini. Kami meminta China menahan diri agar tidak meningkatkan ketegangan lebih jauh.”
Kesimpulan
Pengerahan kapal perang dan penjaga pantai China dalam beberapa bulan terakhir menimbulkan kekhawatiran global, terutama bagi stabilitas Indo-Pasifik. Aktivitas ini menunjukkan ketegangan yang meningkat di Laut China Timur dan Selatan, serta kemungkinan dampak pada jalur laut internasional.
Taiwan terus memantau pergerakan kapal China dan memperingatkan risiko bagi kawasan. Di sisi lain, China menegaskan operasi mereka defensif dan mematuhi hukum internasional. Para pengamat menilai, dinamika ini akan menjadi faktor penting dalam hubungan regional, diplomasi, dan keamanan maritim global dalam beberapa bulan ke depan.
E: Agus Sanjaya | P: Harimurti
