Krisis Moral Di Sekolah: Apa Yang Salah Dengan Sistem Pendidikan Kita?

Rheiva Putri R Sanusi

November 06, 2025

Sumber Gambar : Canva

Oleh : Diana Aprilianti | Pelajar dan Aktivis Dakwah Remaja

“Insiden kepala sekolah SMAN 1 Cimarga, Banten, yang menampar siswa karena merokok di sekolah telah memicu diskusi tentang krisis moral dan pendidikan. Apa yang salah dengan sistem pendidikan kita? Bagaimana guru dan orang tua harus menangani situasi seperti ini? Islam sebagai solusi.”

Kasus yang melibatkan Kepala SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, Dini Fitri, yang diduga menampar seorang siswa karena merokok di lingkungan sekolah, akhirnya diselesaikan secara damai. Pihak orang tua siswa juga telah mencabut laporan polisi terhadap Dini. Berdasarkan laporan detikcom pada Kamis (16/10/2025), insiden tersebut bermula ketika seorang siswa bernama Indra tertangkap basah merokok oleh Dini di area belakang sekolah. Setelah ditegur, Indra sempat menyangkal bahwa dirinya telah merokok.

“Jadi awalnya siswa itu merokok di belakang sekolah, ketahuan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah kemudian menegur dan mengingatkan,” kata Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Banten, Lukman, Selasa (14/10).

Betapa rumitnya posisi pendidik saat ini karena adanya ruang abu-abu yang menyebabkan guru merasa takut bertindak dalam menegakkan disiplin.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:

Pertama, regulasi perlindungan anak yang ketat. Guru merasa takut dituduh melakukan kekerasan atau pelanggaran hak anak.

Kedua, ketidakjelasan antara disiplin dan kekerasan. Hal ini membuat guru ragu dalam menegakkan aturan.

Ketiga, tekanan publik dan media sosial. Guru merasa tertekan untuk tidak mengambil tindakan yang dapat menimbulkan kontroversi.

Ruang abu-abu inilah yang melahirkan berbagai permasalahan. Mulai dari Kriminalisasi guru dan apatisme guru. Guru yang ingin mendisiplinkan siswa malah mendapatkan perlakuan tidak baik dari institusi sekolah maupun keluarga siswa. Banyak guru yang memilih bersikap pasif dan tidak mengambil tindakan untuk menegakkan disiplin.Sementara itu, wibawa guru yang tergerus dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Kurangnya konsistensi dalam menerapkan aturan sehingga dapat kehilangan kepercayaan siswa.

Akar permasalahan dari kasus di atas adalah dampak dari penerapan sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, sehingga terjadi krisis moral. Akibatnya, siswa kehilangan arah dan makna hidup. Jadi, tujuan pendidikannya berorientasi pada materi, bukan membentuk karakter yang berkepribadian mulia.

Sistem liberal dan negara yang abai melahirkan generasi yang rapuh. Dengan adanya penerapan sistem liberal, siswa semakin jauh dari nilai-nilai moral dan etika sehingga dapat menyebabkan kemunduran dalam kualitas sumber daya manusia.

Solusinya, hanya dengan diterapkannya sistem pendidikan Islam yang lebih holistik dan berbasis nilai-nilai agama. Di dalam sistem pendidikan Islam, pembentukan karakter siswa tidak hanya pada pencapaian akademik. Hal ini membantu siswa menjadi individu yang berakhlak mulia dan memiliki nilai-nilai moral yang kuat. Sistem pendidikan Islam berfokus mengembangkan kecerdasan siswa melalui pembelajaran tentang nilai-nilai agama. Sistem pendidikan Islam juga menekankan pentingnya kualitas guru pengajar dalam proses belajar, memiliki pengetahuan yang luas dan kemampuan mengajar yang baik. Sistem ini juga mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas perbuatan dan keputusan mereka.

Sistem pendidikan Islam yang berasaskan akidah Islam, dan menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam berbagai aspek kehidupan manusia, khususnya dalam pendidikan karakter dan moral siswa berdasarkan nilai-nilai Islam.

Dengan demikian, sistem pendidikan Islam dapat membentuk karakter yang berakhlak mulia, bermoral, dan berkepribadian Islam. Jadi, dengan demikian, penerapan sistem pendidikan Islam bisa terwujud di bawah naungan Khilafah Islamiyyah.

Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Halaman